Perilaku seksual dilakukan oleh seseorang adalah untuk mencapai suatu titik yang disebut dengan kepuasan seksual. Perilaku seksual terjadi dilatari oleh adanya dorongan seksual pada individu, yang pada tahap selanjutnya akan dituangkan ke dalam aktivitas-aktivitas seksual, sehingga tercapailah kepuasan seksual tersebut. Nah, kepuasan seksual inilah yang pencapaiannya tidak selalu sama pada masing-masing individu. Ada beberapa orang yang untuk mencapai kepuasan tersebut harus menempuh jalan yang sedikit berbeda dengan apa yang dipandang sebagai perilaku seksual yang “normal” oleh masyarakat kebanyakan.
Istilah perilaku seksual “normal” itu sendiri sesungguhnya merupakan istilah yang diciptakan oleh komunitas tertentu. Normal bagi sebagian pihak belum tentu dipandang normal pula oleh sudut pandang yang lain. Normal bagi mereka yang tidak menyimpang belum tentu akan dianggap normal oleh mereka yang berperilaku menyimpang dari kebiasaan orang kebanyakan lho.
Kamu pernah denger Parafilia?
Yap, Parafilia merupakan istilah yang kerap digunakan secara bergantian dengan istilah penyimpangan/deviasi seksual. Taukah kamu bahwa istilah parafilia ternyata berasal dari bahasa Yunani. Parafilia tersusun oleh kata para dan filia. Kata para dapat diartikan sebagai suatu hal yang tidak biasa, atau hal yang berbeda dari biasanya. Sementara kata filia yang berasal dari kata filos sendiri berarti cinta atau ketertarikan. Maka parafilia dapat diartikan sebagai suatu bentuk ketertarikan yang tidak biasa, atau suatu bentuk perilaku seksual yang dirasa berbeda dan berada di luar jalur yang dianggap biasa oleh masyarakat.
Parafiliamerujuk pada semua kebutuhan yang tak terkendali akan khayalan, tindakan atau objek yang tak lazim dengan tujuan memperoleh kesenangan seksual. Di dalamnya termasuk juga kebiasaan menggunakan benda-benda mati (pakaian, perhiasan dan benda-benda tertentu yang berkaitan dengan lawan jenis), mendapatkan kenikmatan dari kesakitan dan rasa terhina (pada diri sendiri atau orang lain), serta melakukan aktivitas seksual dengan orang yang tidak mau melakukannya. Nah, maka dari itu yang perlu diperhatikan untuk menentukan apakah perilaku seksual seseorang tersebut termasuk parafilia ialah dilihat dari metode yang digunakan dalam berperilaku seksual, orientasi, frekuensinya, serta keterpaksaan seseorang dalam melakukan perilaku seksual dimaksud.
Lalu apakah Homoseksual dan Biseksual termasuk menyimpang?
Tentu saja bukan. Pemahaman masyarakat pun terkadang masih ada yang menyimpang ya. Hehehhe… Sebelumnya harus dapat dibedakan dulu yang mana dimaksud dengan parafilia dan yang mana keberagaman seksual. Homoseksual, biseksual, serta heteroseksual merupakan orientasi seksual seseorang, dan bukan lagi masuk katagori penyimpangan. (lebih jelas baca artikel Bagaimana Jika Aku LGBTIQ).
Nah untuk lebih jelas memahami yang dimaksud dengan Parafilia, mari kita lihat penjelasan dari beberapa contoh bentuk Parafilia berikut ini :
- Sadomasokisme
Sadisme seksual termasuk kelainan seksual. Dalam hal ini kepuasan seksual dapat diperoleh bila mereka melakukan hubungan seksual dengan terlebih dahulu menyakiti atau menyiksa pasangannya. Sedangkan masokisme seksual merupakan kebalikan dari sadisme seksual. Seseorang dengan sengaja membiarkan dirinya disakiti atau disiksa untuk memperoleh kepuasan seksual, bentuk penyimpangan seksual ini umumnya terjadi karena adanya disfungsi kepuasan seksual. - Eksibisionisme
Pelaku ekshibisionisme akan memperoleh kepuasan seksualnya dengan memperlihatkan alat kelamin mereka kepada orang lain yang sesuai dengan kehendaknya. Bila korban terkejut, jijik dan menjerit ketakutan, ia akan semakin terangsang. Kondisi seperti ini sebagian besar pelakunya adalah pria, modusnya dengan memperlihatkan alat kelaminnya yang bisa dilanjutkan dengan masturbasi hingga ejakulasi. Bisa juga pelaku tanpa rasa malu menunjukkan alat kelaminnya kepada orang lain sekedar untuk menunjukkannya dengan rasa bangga. - Voyeurisme
Istilah voyeurisme disebut juga scoptophilia berasal dari bahasa Prancis yakni vayeur yang artinya mengintip. Pengidap kelainan ini akan memperoleh kepuasan seksual dengan cara mengintip atau melihat orang lain yang sedang telanjang, mandi atau bahkan berhubungan seksual. Setelah melakukan kegiatan mengintipnya, penderita tidak melakukan tindakan lebih lanjut terhadap korban yang diintip. Pelaku hanya mengintip atau melihat, tidak lebih. Ejakuasinya dilakukan dengan cara bermasturbasi setelah atau selama mengintip atau melihat korbannya. Dengan kata lain, kegiatan mengintip atau melihat tadi merupakan rangsangan seksual bagi penderita untuk memperoleh kepuasan seksual, atau seringkali, cukup dengan mengintip saja dia sudah puas secara seksual. - Pedofilia.
Yaitu jenis parafilia dimana individu yang telah dewasa memiliki orientasi pencapaian kepuasan seksual melalui cara hubungan fisik atau hubungan seks yang bersifat merangsang dengan anak-anak di bawah umur. - Incest
Adalah hubungan seks yang dilakukan dengan sesama anggota keluarga sendiri non suami istri, seperti antara ayah dan anak perempuan, ibu dengan anak laki-laki, saudara laki-laki dengan saudara perempuan sekandung, kategori incest sendiri sebenarnya cukup luas, di beberapa kebudayaan tertentu hubungan seksual yang dilakukan antara paman dan keponakan atau sepupu atau bahkan galur seketurunan (family) dapat dikategorikan sebagai perbuatan incest. - Nekrofilia.
Bentuk parafilia dimana individu pelaku nekrofilia memiki orientasi kepuasan seksual melalui kontak fisik yang bersifat merangsang atau hubungan seksual dengan pasangan yang dipilih adalah jenasah atau orang yang telah meninggal. Bisa dengan menggali kuburan, membunuh terlebih dahulu, atau dibuat tidak berdaya dengan obat atau bahan yang bisa membuat pingsan atau meninggal saat itu juga. - Froteurisme
Yaitu suatu bentuk parafilia di mana seorang individu laki-laki mendapatkan kepuasan seksual dengan cara menggesekkan atau menggosokkan alat kelaminnya ke tubuh perempuan di tempat publik atau umum. - Zoofilia
Zoofilia adalah salah satu bentuk parafilia dimana terdapat orang atau individu yang terangsang melihat hewan dan selanjutnya melakukan hubungan seks dengan hewan.
Kenapa bisa berbeda dengan orang banyak?
Parafilia pada dasarnya adalah perbuatan disasosiatif dalam diri individu lho, yang diakibatkan oleh karena adanya pengaruh internal maupun eksternal sekitar individu. Faktor internal individu yang berkaitan dengan terjadinya parafilia ialah, genetik bawaan, sikap mudah terpengaruh, serta sikap asertif. Seseorang juga dapat mengalami beberapa bentuk parafilia karena tidak dapat menyalurkan dorongan hasrat seksual yang dimilikinya sebelumnya, sehingga mencoba melakukan pengalihan-pengalihan perilaku seperti dengan cara lain seperti mengintip (Voyeurism) atau bahkan melakukannya tidak dengan objek yang merupakan manusia, dan lain sebagainya.
Sementara faktor eksternal biasanya berkaitan dengan lingkungan sosial individu, seperti misalnya pola asuh keluarga yang tidak baik sehingga memberikan dampak psikologis terhadap seseorang. Oleh karena itu penting bagi orang tua untuk memberikan pendidikan seksual yang memadai dan jelas kepada anak-anak, sehingga dapat membantu mencegah munculnya gangguan seksual di masa mendatang. Di samping itu parafilia seringkali terjadi berkaitan dengan budaya masyarakat sendiri. Terkadang malah budaya tertentu yang membentuk perilaku-perilaku yang apabila dilihat dari kaca mata masyarakat lain, hal itu dianggap tidak normal.
Sekarang sesungguhnya tantangan kita bukan hanya sebatas melihat perilaku seksual tersebut normal atau tidak yah.. Tetapi bagaimana kita dapat memaknai dan melakukan perilaku seksual yang sehat, aman, terproteksi dan tidak berisiko.
Jika orang disekitarmu adalah seorang parafilia, sejauh tidak ada tindakan yang bertentangan dengan hukum yang dilakukan maka kamu dapat mendampinginya dengan memberikan support, dan bersikaplah biasa saja seperti halnya dengan mereka lainnya. 🙂
Ilustrasi: http://4.bp.blogspot.com/-IrrkEXGljn4/TnZFSNxXqwI/AAAAAAAABBs/AVm6Yj-_DoU/s320/parafilia_02.jpg
2 thoughts on “PARAFILIA”